Pendahuluan
Perubahan
dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang
tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah
membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat
dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan
lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat
sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan
kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat
tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi
dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir
dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan
warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi
kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum
adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga
masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang
mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama
yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara
baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Latar belakang
Pertama-tama
perlu saya kemukakan bahwa masih banyak di antara masyarakat awam kita
yang mengartikan “kebudayaan” sebagai “kesenian”, meskipun sebenarnya
kita semua memahami bahwa kesenian hanyalah sebagian dari kebudayaan.
Hal ini tentulah karena kesenian memiliki bobot besar dalam kebudayaan,
kesenian sarat dengan kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi wujud
dan ekspresi yang menonjol dari nilai-nilai budaya.
Dan
di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui
cara cara tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya
sendiri Bagi Bangsa Indonesia. Terutama dalam Bidang Kebudayaan. Karena
semakin terkikisnya nilai – nilai Budaya kita oleh pengaruh budaya Asing
yang masuk ke Negara kita.
Oleh karena itu,
untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional
perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian yang mampu
melahirkan “nilai-tambah kultural”. Pakem-pakem seni (lokal dan
nasional) perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya
masyarakat. Melalui dekomposisi dan rekonstruksi, rekoreografi,
renovasi, revitalisasi, refungsionalisasi, disertai improvisasi dengan
aneka hiasan, sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan
mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan
dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari kesenian menjadi
kekayaan budaya dan “modal sosial-kultural” masyarakat.
Pembahasan masalah
Kebudayaan
lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan
sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi
selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki
keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola
hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih
kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan
budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya
asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal
yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa.
Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya
lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi
masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan
budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas
bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya
agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara
lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa
sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang
sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya
budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara
berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara
berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya
luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang
menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat
didalam masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang
kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang
lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti
KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan
tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan
tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini
mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan tradisional.Bila
hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita
kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari
daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus
dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta
mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh
budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya
budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara lain.Berikut beberapa
hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.
1. Kekuatan
- Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia
memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke
aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya
lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap
daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat,
tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat
dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa
dimata Internasional.
- Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan
budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan
tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik,
ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali
menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang
mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat
daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan.
Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang
unik.
- Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan
budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang
mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap
dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Kelemahan
- Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran
masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal
tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di
sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan
cirri khas dari budaya tersebut.
- Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan
untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman
tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering
menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya
ketahanan budaya bangsa.
- Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran
tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal
melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya
lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi
budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
- Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila
budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang
sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata
Internasioanal.
- Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha
masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh
budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling
menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya
bangsa yang kokoh.
Budaya
lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara.
Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi
negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi
pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
Dalam
artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning,
Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan
peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar
yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi
antar budaya.
4. Tantangan
- Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan
lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu
negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan
lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga
ikt berubah
Meskipun dipandang
banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi
salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal.
Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber
daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi
mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun
hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
Masuknya
budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap
terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai
penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
Perubahan budaya dan arus globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung
mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang
hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak
tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah
air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui
parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara
itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd,
dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di
tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang
kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi
informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh
banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional
kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian
tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk
ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana,
selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi,
maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi
komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan
kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian
tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa
harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi
atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh,
sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati
berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang
Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini
tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian
tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan
merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut
saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun
1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati
suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai
terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan
juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di
Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional
mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di
sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah
mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan
mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu
dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan
atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih
ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan
teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit
terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan
secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup
sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu
khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit
dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan
pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang
diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
Peran mahasiswa dalam kebudayaan
Kita
sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari
budaya-budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting
dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi
bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai
intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada
mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan
negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran
kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan
peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi
peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat
dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler.
Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah
sebagai substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat
dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan
keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya
daerah.
a. Jalur Intrakurikuler
Untuk
mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah
diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah.
Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil mahasiswa
dapat menjalankan peran itu dengan baik. Peningkatan pemahaman
mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui jalur
intrakurikuler; artinya seni dan budaya daerah dijadikan sebagai salah
satu substansi atau materi pembelajaran dalam satu mata kuliah atau
dijadikan sebagai mata kuliah. Kemungkinan yang pertama dapat dilakukan
melalui mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) bagi mahasiswa
program studi eksakta, dan Ilmu Budaya Dasar dan Antropologi Budaya bagi
mahasiswa program studi ilmu sosial. Dalam dua mata kuliah itu terdapat
beberapa pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah yaitu tentang
manusia dan kebudayaan, manusia dan peradaban, dan manusia, sains
teknologi, dan sen
.Kemungkinan yang kedua
tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program studi-program studi
yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti program studi di
lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya. Beberapa mata
kuliah yang secara khusus dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap seni dan budaya daerah adalah Masyarakat dan Kesenian
Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan Masyarakat dan
Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah-mata kuliah itu, mahasiswa dapat
diberi penugasan untuk melihat, memahami, mengapresiasi,
mendokumentasi, dan membahas seni dan budaya daerah. Dengan
kegiatan-kegiatan semacam itu pemahaman mahasiswa terhadap seni dan
budaya daearah akan meningkat yang juga telah melakukan pelestarian.
Jalur
intrakurikuler lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman bahkan mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni
dan budaya daerah adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa-mahasiswa
yang telah mendapatkan pemahaman yang mencukupi terhadap seni dan budaya
daerah dapat berkiprah langsung dalam pelestarian dan pengembangan seni
dan budaya daerah. Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang merupakan bentuk
lain dari KKN di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro telah
digunakan untuk berperan serta dalam pelestarian dan pengembangan seni
dan budaya daerah. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya yang
berasal dari program studi Sejarah, dalam tiga tahun terakhir sebagian
telah membantu merevitalisasi seni budaya yang tumbuh dan berkembang di
Semarang, misalnya batik Semarang, arsitektur Semarang, dan membantu
mempromosikan perkumpulan Wayang Orang Ngesthi Pandhawa.
b. Jalur Ekstrakurikuler
Pembentukan
dan pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Jawa (Daerah
Lainnya) merupakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan
peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Sehubungan
dengan hal itu, pimpinan perguruan tinggi perlu mendorong pembentukan
UKM Kesenian Daerah. Lembaga kemahasiswaan itu merupakan wahana yang
sangat strategis untuk upaya-upaya tersebut, karena mereka adalah
mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat dalam bidang seni
tradisi. Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan
UKM kesenian daerah (Jawa misalnya) yang pada gilirannya akan berujung
pada pementasan atau pergelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian
seni dan budaya daerah.
Forum-forum festival seni
mahasiswa semacam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas)
merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran mahasiswa dalam
pelestarian seni dan budaya daerah.
Daftar pustaka
http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-ketahanan-budaya-bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-pembelajaran-sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/